follow me @wirhii

Jumat, 24 Agustus 2012

RAMALAN SANG NENEK

5:27 PM 0 Comments
Assalamualaikum....

mau berbagi sedikit pengalaman.. 

waktu mau pergi les, saya kan naik angkutan umum. orang Makassar bilang pete-pete. di atas pete-pete cuma ada 3 orang termasuk saya, truss ada sopirnya dan ada seorang nenek yang memakai jilbab.

awalnya suasana di atas pete-pete sunyi, hanya terdengar suara mobil yang melaju dan suara lagu dangdut dari radio pete-pete. sedangkang saya sendiri sibuk main HP, biassa buka TWITTER.
tapi. tiba-tiba si nenek nunjuk" saya dan berbicara sesuatu tapi saya kurang jelas mendengarnya,, makanya dengan wajah yang bingung saya bilang "apa?" lalu si nenek bilang (dengan aksen bahasa Makassar) "aikh, banyak sekali nanti rezeky mu nak. Pejabat nanti suamimu." wadduhh ni Nenek kayaknya ngeramal saya nih, saya cuman bisa senyum-senyum dan mengaminkan dalam hati. eh si nenek bilang lagi "betulanka' nak, saya liat dari garis tanganta'." hah saya mah cuman senyum-senyum saja, dan berkata dalam hati Amin ya Allah yang penting bukan pejabat tukang korupsi. :P

CINTA DALAM DIAM

5:16 PM 0 Comments
kusuka dia,, tak berani kukatakan. Ada suara yang berbisik kalau aku bertepuk sebelah tangan. Selalu salah tingkah di depannya, berpura-pura biasa-biasa saja namun itu tak mudah. 

kusuka dia,,namun aku hanya terdiam. DIAM dengan berharap banyak kepada sang waktu membawaku kepada MOMENT yang saaangat qharapkan. DIAM hanya mencatat semua yang terjadi dan yang telah tersimpan di dalm hati. DIAM membiarkan diri merenungi "apakah aku bodoh, mau terus menyimpan rasa ini."

DIAM memikirkan konsekuensi yg harus aku tanggung karena menyimpan rasa terlalu lama. Diam, diam, diam, dan dalam diam semuanya menjadi berantakan dan tak tahu arah. dan dalam DIAM aku menjadi orang yang paling bodoh.

Tak menerima yang seharusnya terjadi, dan menginginkan yang tak akan pernah terjadi. Menjadikan orang lain korban dari kebodohanku, mencampakan dan menyakitinya sedangkan aku menyadarinya lama setelah itu terjadi.

DIAM selalu membuatku galau, Galau ketika memendam rasa menjadi sebuah pilihan untuk menyakiti diriku sendiri. Galau ketika menyadari harapan yang kudambakan terlalu tinggi melewati langit. Galau ketika menyadari seakan-akan pikiran digerakan untuk melakukan hal yang paling bodoh.

Namun aku hanya bisa DIAM dan tak tahu mau berbuat apalagi. kuhanya bisa menerima jika perasaan hancur lebur karena mencintai. dan yang aku lakukan sampai sekarang adalah DIAM

 


----------------------->

I AM WON

4:31 PM 0 Comments
Assalamualaikum...

wah,,wah,, kecewa sama diri sendiri baru sekarang bisa nulis di blog lagi :'(

syukur alhamdulillah sebagaimana di postingan sebelumnya saya cerita tentang lomba dakwah, ye..ye.. ternyata saya dapat juara satu. Hadiahnya alhamdulillah, dan kebahagiannya wah alhamdulillah plus". Mengapa? soalnya saya bisa bikin my parents jadi bangga walaupun hal sekecil ini yang saya lakukan mereka bilang mereka bangga. Syukur Alhamdulillah, kali ini bisa buat mereka jadi senang :")

love you mom, love you dad...


Kamis, 16 Agustus 2012

FOR SECOND TIME :D

7:47 PM 0 Comments
Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah, Allah yang esa masih beri kesempatan buat saya berbagi cerita melalui tulisan di blog ini. Kali ini saya mau cerita tentang,,,, tentang,,,, tentang apa ya'?

sebelumnya saya cuman mau bilang, di tulisan ini bukannya saya mau pamer. Saya cuman mau berbagi kebahagiaan aja kok.

tadi tu saya ikut kompetisi lomba dakwah untuk kedua kalinya, alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Belum ada hasil pengumumannya sih, tapi saya berharap lebih meningkat lagi dari hasil lomba pertama.

Alhamdulillah sih, waktu lomba pertama saya dapat juara ke-2 dan ini lombanya lebih besar dari lomba tadi siang. Karena lomba ini diadakan oleh BKMT se Sul-Sel. Yah semoga hasil lomba tadi lebih memuaskanlah. Tapi, sudah membuatku senang mendengar kedua orang tuaku berkata "Bangganya Mama sama Papa liatki' ceramah." Hufthh hatiku menggebu-gebu :"(.

di tambah lagi si ust. dewan juri bilang "wah nih anak dakwahnya bagus, saya bisa liat dari garis tangannya kalau rejekinya ini anak banyak" iihhh amin ya rabbil alamin. semoga yang dikatakan ust. itu memang benar, saya cuman bisa bilang amin saja, supaya it's will be real.















Senin, 13 Agustus 2012

MAMA AKU MAU LIHAT ALLAH

8:58 PM 0 Comments
Di suasana pagi yang indah ada seorang anak kecil yang sangat ceria dan bersemangat, Tak ada rasa malas ataupun alasan agar ia tidak pergi ke sekolah. Namanya adalah Radit, Radit adalah seorang anak berumur 5 tahun yang sangat senang membaca buku yang penuh gambar. 

Suatu hari di sekolah, Radit dan teman-temannya diajarkan tentang pendidikan agama islam, yang kebetulan TK Radit memang TK islam.
"Anak-anak, coba buka halaman 3." perintah ibu guru dengan lembut kepada siswa-siswinya.

"Nah anak - anak, hari ini kita akan belajar tata cara sholat." sambung ibu guru.

"Ibu, sholat itu untuk apa?" Tanya Radit dengan penasaran

"Pertanyaan yang bagus Radit, nah semuanya dengar yah umat islam itu wajib melaksanakan sholat terutama sholat 5 waktu. nah Kita sholat itu, untuk menghadap kepada Allah. Untuk bercerita kepada Allah tentang masalah kita. karena pastinya Allah bisa membantu kita menyelesaikan masalah yang kita hadapi seberat apapun itu." 

"kalau gitu, kita sholatnya sekarang aja yah bu'. soalnya Radit pengen cerita sama Allah tentang masalah Radit bu." pinta Radit

"oke deh, kalau begitu sebelum sholat kita wudhu dulu yah anak-anak." ajak sang guru

sepulang di rumah, tepatnya di meja makan Radit bertanya kepada mamanya.

"Ma, tadi kan Radit belajar sholat. kata bu guru Allah akan mendengarkan apa yang kita adukan kepada Allah, karena Allah bisa mengatasi masalah kita. Tapi.... kok belum dikabulkan yah?"

"Memangnya Radit berdoa apa sama Allah?" dengan lembut

"Radit berdoa, supaya Papa bisa hidup lagi kayak dulu." dengan nada yang semangat.

"sayang, sebenarnya doa kamu tuh sudah terkabulkan. walaupun papa gak hidup di dunia nyata lagi tapi papa hidup di hatinya Radit dan di hatinya Mama. Lagian Papa kan sudah kembali kepada Allah, kita tidak bisa mengungkirinya dong sayang." sambil tersenyum

"oh begitu yah Ma, tapi Ma Radit punya doa yang lain." seru Radit

"apa itu sayang?"

"Radit, pengen banget liat Allah ma."

"eh, Allah selalu tinggal di hati kita. walaupun Allah tak dapat dilihat kita bisa merasakan kekuasaannya,"

"Tapi, kalau mau lihat Allah secara langsung apa harus kayak Papa mah? jadi kita harus meninggal dulu?"

"Radit gak boleh ngomong gitu, kalau Radit sholat sama saja Radit menghadap kepada Allah. Itu artinya Radit bertemu sama Allah."

"tapi Radit benar-benar pengen liat Allah secara langsung Ma!!" rengek Radit

"husstt, kamu habisin dulu makanan kamu yah."

keesokan harinya Radit sudah bersiap-siap pergi ke sekolah,

"Sayang, hari ini kamu ke sekolah ditemani mba Dina yah, soalnya Mama lagi sibuk." 

"iya, mah. kalau gitu Radit pergi dulu yah assalamualaikum."sambil menyalim tangan mamanya.

 "Mba Dina, Mba Dina percaya gak sama mimpi?" tanya Radit kepada Dina kakak sepupunya yang menemaninya berjalan menuju ke sekolah.

"kadang iya, kadang nggak. memangnya kamu mimpi apa ayo?" sambil tersenyum

"Radit mimpi, Papanya Radit ngajakin Radit ketemu sama Allah."

"heemmm,heem..hemm.. oh iya Radit kan belum punya bekal, tunggu mba disini yah! mba beliin bekal dulu di seberang jalan. Jangan ke mana-mana yah, tunggu di sini." Dina mengalihkan pembicaraan

"iya mba." menjawab dengan polos

Dina pun menyebrang jalan untuk membelikan Radit bekal. sedangkan Radit disuruhnya untuk tetap tinggal di tempat. Tetapi tiba-tiba dari pinggir jalan Radit melihat seseorang yang tak asing baginya, sosok Papanya yang sedang tersenyum ke arahnya tepat di tengah-tengah jalan raya tempat kendaraan melintas.

Karena Radit merasa penasaran ia pun melupakan pesan Dina untuk tetap tinggal di tempat. Ia mencoba berjalan ke tengah jalan raya, namun takdir berkata lain Mobil panther melaju sangat  kencang ke arah Radit, dan innalillahi wa inna ilayhi rojiun mobil itu menabrak Radit yang membuatnya meninggal dunia.

Tapi kini sampailah cita Radit untuk menghadap dan bertemu kepada Allah yang Esa. subhanallah.






"MIRACLE"

8:05 PM 0 Comments
ye, ye, ye akhirnya libur telah tiba.... Time for refreshing and back to writing again :)

karena dihalangi oleh tugas yang menumpuk dan kegiatan-kagiatan yang penting benar-benar menghalangiku untuk menulis lagi. tapi alhamdulillah Allah menciptakan waktu yang dapat dibagi untuk melakukan banyak hal-hal yang bermanfaat salah satunya hobiq ini MENULIS. 

Well, belakangan ini saya tertarik pada sebuah kata yang selain bagus untuk diucap juga memiliki makna yang bagus banget, sampai sampai karena ketertarikanku dengan kata ini so, i give this name for my secret note yang bisa dibilang sebuah diary. Kata yang kumaksud adalah MIRACLE.

MIRACLE sebuah kata bahasa inggris yang artinya keajaiban, bukan cuman my secret note saja yang saya kasih nama MIRACLE, kemarin yang alhamdulillah saya lolos ke semi final dalam sebuah kompetisi antar kelas di sekolah tentu aja kompetisi ini setiap participant mempunyai grup yang terdiri dari 2 orang, saking takutnya saya melawan participant lain yang jwago" saya bilang dalam hati "ya Allah saya mah mengharapkan keajaiban saja buat ikut di kompetisi ini" akhirnya kepikiran deh saya kasi nama tim saya tim MIRACLE.

dan Alhamdulillah, MIRACLE itu benar-benar ada. Buktinya tim saya lolos ke babak final lagi. Gak cuman itu, saya kan mengidolakan SUJU, nah SUJU juga punya lagu yang berjudul MIRACLE. Lagunya bwaaggus banget.

Dalam menjalani hidup ini saya cuman bisa berharap kepada keajaiban yang akan mengantarkan saya kepada keberuntungan. tapi mengharapkan keajaiban bukan berarti kita cuman 3D saja, alias DUDUK DIAM DUNGU. Melainkan kita juga harus berusaha lalu berharap deh kepada MIRACLE.


nah itu dulu cerita yang bisa kuocehkan,,, ^_^

==========>wiri resky amalia<==========

Minggu, 12 Agustus 2012

Cinta Bisu#2

12:00 PM 0 Comments
            "hmmm menurutku terlihat sama saja, sama sekali tidak ada yang berubah."
 Mendengar perkataan Revan, raut wajah Felicia berubah. Namun Revan tetap saja tersenyum.
            "hey ingat yah, jangan lupa jam 7 malam di restoran Solaria." sambil menatap Felicia
            Felicia hanya mengangguk.
            "ok.." lalu Revanpun pergi meninggalkan Felicia.

            Fel...Fel. bagaimanapun kamu selalu terlihat sama di mata gue, di mata gue kamu tuh cantik melebihi apapun. Terserah gaya kamu memakai apa, bahkan ketika kamu belum mandipun kamu masih terlihat cantik.  Revan yang berkata dalam hati, sambil mengingat hari minggu yang lalu saat ia di taman bersama Felicia.

            "Apa benar gue terlihat sama saja, itu artinya dari dulu sampai sekarang gue cuman cewek jelek di matanya kak Revan." sambil berjalan dengan wajah cemberut Felicia berbicra pada dirinya sendiri.
            "Fel..." Labib yang mengendarai motor berhenti ketika melihat Felicia yang berjalan sendirian.
             "eh Labib, lo udah baikan?" dengan raut penasaran.
             "hmm kamu jangan khawatir, gue gak papa kok tadi itu cuman... eh..eh gue merasa kurang sehat aja. tapi sekarang udah gak papa kok." sambil tersenyum.
            "ya udah kita pulang bareng yuk." ajak Labib.
            "emangnya gak papa, kita kan gak searah."
             "ah gak papa kali, kamu gak usah canggung gitu ah. masa canggung sama sahabat sendiri,  dari kita kecil kita kan udah kenal satu sama lain jadi kita harus saling memahami Fel"
             "yeee, sapa yang canggung Bib..bib lo kegeeran yah." sambil tertawa
    
            jadi lo gak paham maksud gue yah Fel? gua sayang ma lo, tapi di hati lo gue berada di ruang yang berbeda. hanya sekedar sahabat, tapi gue pengen lebih dari itu Fel. sedangkan Revan... dia berada di ruang hatimu yang lebih istimewa dari ruangan gue. sambil menatap Felicia Labib berkeluh-kesah di dalam hatinya.
             "Fel udah dong ketawanya, sekarang lo naik gih." Labib mengajak Felicia.
            "haha iya deh,,, bawell" sambil memegang pundak Labib dan naik ke motor satria warna merah milik Labib.
             "Fel, gimana kondisi kesehatan kamu? apa itu masih sering membuat kamu sakit." Dengan nada peelan Labib bertanya kepada Felicia. yang dimaksudkan Labib adalah sakit Kanker hati  yang sudah diderita Felicia  sejak ia kecil dan makin parah sejak  kedua orangtuanya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
             "Bib, tolong jangan tanyakan itu yah,,, dan kamu harus ingat di sekolah cuman kamu yang tahu soal ini, kamu kan sahabat terbaikku yang pernah ada. maka dari itu kamu harus tetap merahasiakan ini yah Bib." 
            "Maaf yah Fel, gue cuma khawatir aja sama kondisi lo. kalau kamu sakit atau butuh apa-apa jangan malu buat hubungi gue. karena kalau enggak gue bakalan nyalahin diri gue sendiri Fel. Gue selalu ada buat lo." sambil melihat ke kaca spion motor.
             "he'em.." sambil mengangguk dan tersenyum.
             mulai dari pukul 4 sore sampai jam 5 sore Felicia terus mengacak-ngacak lemarinya, mengambil satu persatu baju dan mencobanya sambil berdiri di depan kaca. jantungnya terus berdebar, karena ini untuk pertama kalinya Revan mengajak dia makan malam. Setelah ia menemukan baju yang tepat, ia pun mulai bersiap-siap. Ia menggunakan mace up yang sederhana begitupun dengan pakaian yang ia gunakan, namun kesderhanaan inilah yang membuat ia tampak cantik dan lucu.
            lain halnya dengan Revan, mulai dari pukul 5 sore ia sudah ada di restoran, mengurus banyak hal, ia membayar manager restaurant buat menghias kolam renang dengan lilin yang terapung dan membentuk sebuah kalimat " I LOVE YOU". 
            Malam ini udah saatnya gua ngungkapin semuanya, semoga malam ini memang malam yang tepat. rasanya jantung gue gak mau berhenti berdebar. semakin dekat waktunya semakin keras jantung gue berdebar, tapi kok perasaan gue gak enak yah. huffthh..  sambil berdiri di pinggir kolam renang Revan berkata dalam hatinya dengan wajah gugup seskali ia menarik dan menghela nafas.
            "Fel, sebenarnya aku udah lama nyimpan perasaan ini. tapi baru kali ini perasaan berani muncul di benakku untuk mengungkapkannya. mungkin semua yang aku siapkan ini gak terlalu istimewa bagi kamu tapi kamu harus melihat mataku yang menandakan aku menyimpan perasaan suka sama kamu, jadi aku mau kamu liat ke kolam itu dan berikan aku jawabannya." Revan yang mulai latihan mempersiapkan kalimat yang bisa menyantuh hati Felicia.\
            "haha, ternyata gue berbakat juga yah buat bikin kata-kata romantis, tapi kok aneh gak kayak orang lain kalau mereka mau nembak cewek mereka gugup buat bikin kalimatnya, lah gue kok bisa lancar amet yah. ckckck, tapi gak apa ini tandanya gue memang udah siap nerima jawaban apapun dari Felicia." Revan berbicara pada dirinya sendiri sambil tersenyum-senyum sendiri membayangkan yang akan terjadi malam ini.

            tin..tong..tinng..ting.. nada SMS Felicia berbunyi, Feliciapun mulai membuka inboxnya yang ternyata dari Revan "Fel, maaf yah aku gak bisa jemput kamu. kamu gak apa-apa kan ke sini sendirian? kamu naik TAXI aja yah, ingat yah kamu harus datang. ok? :*"
            Felicia membalas sms dengan  singkat " ok, beres deh kak.." 
karena terburu-buru Feliciapun meletakan HP nya pas di ujung ranjangnya., PLAKK.. HP itu jatuh dan bergeser ke bawah ranjang Felicia. Feliciapun berusaha mengambilnya dengan posisi tengkurap di lantai sambil meraba-rabakan tangannya di bawah ranjang, tapi tiba-tiba Felicia merasa aneh perut bagian kanannya sakit,kepalanya terasa pening dan badannya mengeluarkan banyak keringat sedangkan suhu badannya semakin dingin. ia berusaha untuk bangun tetapi ia tidak bisa, terasa tubuhnya tidak bisa bergerak.
            "non, non Fel kok dari tadi belum keluar kamar. katanya non mau pergi" di luar kamar pembantu Felicia sudah mengetuk-ngetuk pintu tapi Felicia tidak sanggup untuk berbicara.
             "non, jangan bikin mba' jadi khuatir. non biar mba' buka pintunya pakai kunci reserep yah non."  mba' rosni pembantu Feliciapun membuka pintu.
            "astagfirullah, non." ia terkaget melihat Felicia yang tergeletak di lantai dan tak sadarkan diri, iapun berusaha mnegangkatnya naik ke atas ranjang. Ia bingung harus memberitahu siapa Bunda Fitri tante Felicia sedang ada di luar kota. terpaksa ia menelfon Labib,
            "halo?" labib menjawab telfon
            "halo, den labib itu..itu.. non Felicia.."
            "kenapa mba', Felicia kenapa?"
            "non Felicia pingsan lagi, den Labib bisa ke sini kan soalnya saya bingung mau kasih tahu siapa."
            "ya ampun, ia mba' saya segera ke sana. nah sekarang mba' telfon dokternya Felicia suruh dia datang ke sana."
            "ba..baik den." 

            waktu menunjukan pukul 7.56 malam.dengan rasa khuatir dan gelisah Revan menunggu Felicia, mencoba menelfon Hp-nya tapi gak aktif. Ia mencoba menenangkan dirinya "Gue yakin Felicia pasti datang, nih anak gak pernah ngingkarin janjinya walaupun ia sering terlambat."

            "dok gimana keadaanya?" dengan rasa khuatir Labib bertanya kepada dokter yang memeriksa Felicia.
            "saya rasa kangker hatinya sudah semakin parah, saya khuatir Felicia meminum obatnya secara tidak teratur. apa Felicia pernah muntah darah?"
            "pe..pernah dok. tapi dia bilang saya gak usah khuatir karena itu memang efek dari obat yang dia minum."
            "salah, muntah darah bukan karena efek obat yang ia minum. itu akibat karena ia tidak minum obatnya secara tidak teratur dan membuat penyakitnya ini semakin parah. saya sarankan untuk sementara waktu di gak usah kemana-mana dulu biarkan ia tetap istirahat, makan teratur, dan minum obatnya juga teratur." sambil menghela nafas dokter menatap Felicia.
             "iya dok."
            "Bukannya Felicia, mau menjalani terapi di Singapura?"
             "Benar dok, Bunda Fitri memang mau membawa Felcia untuk berobat di Singapura. tapi... Felicia mau ke sana kalau ujian semester di sekolah selesai."
            "ya sudah, kalau keadaanya kembali memburuk. tolong bawa di rumah sakit saja yah. walaupun saya tahu Felicia tidak suka di rumah sakit, tapi ini untuk kebaikannya sendiri. kita harus memaksanya. ya sudah saya permisi dulu yah."
            " iya dok, makasih banyak." 

            Setelah mengantar dokter ke depan rumah, Labib masuk ke kamar Felicia dan duduk di kursi yang ada di samping Felicia, sambil memandang wajah cewek yang sangat ia sayangi. hatinya terasa sakit melihat wajah Felicia yang sangat pucat dan berkeringat. tak lama kemudian Felicia mulai mebuka matanya secara perlahan-lahan. 
            "Fel,kamu udah bangun. Tadi kamu pingsan dan aku tuh khuatir banget."
            "Bib, sekarang udah jam berapa?" dengan nada yang pelan Felicia bertanya.
             "udah hampir jam setengah 9 Fel. memangnya kenapa?"
            "ya ampun gua harus pergi Bib.." sambil mencoba bangun namun apalah daya tubuh Felicia sangat  lemah sampai-sampai tidak mampu untuk bangun. ia mencoba membuka infusnya namun Labib mencegahnya.
            "Memangnya kamu mau ke mana Fel, mendingan kamu istirahat aja dulu. kondisi kesehatan  kamu lagi buruk, kalau kamu butuh sesuatu bilang aja sama aku."
            "Bib, dari tadi kak Revan pasti udah nungguin aku>"
             "Ya udah, mendingan biar aku sms dia kalau kamu lagi sakit." sambil mengeluarkan Hp dari kantong celananya.
            "jangan, jangan bilang kalau gue sakit. sekarang kamu ketik aja apa yang aku bilang,..." 

"Kak maaf yah aku gak bisa datang,.. soalnya aku baru ingat besok aku ada ujian, dan ini penting banget buat aku. aku pakai nomornya Labib karena aku sedang belajar bersama dengannya, aku baru ngasih tahu kaka karena aku baru tahu kalau hpku rusak, dan ternyata smsku dari tadi belum terkirim juga. kalau kakak mau marah atau benci sama aku, aku bakalan nerimanya karena aku tahu kalau aku salah. once again i'm so sorry really-really sorry kak."

            "
Fel kamu yakin, pasti Kak Revan bakalan mikir hal yang negatif tentang kamu. dan diapasti bakalan benci kamu."
            "udah kamu kirim aja message nya."
             "iya udah terkirim Fel."

             Setelah membaca sms dari Felicia, rasanya hati Revan hancur. dengan rasa kecewa ia tak bisa berkata apa-apa. Rasa kecewanya berubah menjadi amarah, bunga yang ia sudah siapkan ia buang ke lantai lalu ia injak-injak kemudian ia tendang-tendang. Ia berjalan sempoyongan keluar dari restaurant. "Fel, tega.. tega... lo tega.. gua benci lo Fel." dengan nada yang rendah hingga berubah menjadi nada yang tinggi Revan berteriak sambil menyetir mobil.

            Kak Revan, aku bisa merasakan sakit hati yang kak Revan rasain sekarang. aku memang cewek bodoh dan aku gak pantas buat sayang sama kamu kak. tapi kali ini aku benar-benar tidak kuat, bahkan untuk mengedipkan mataku rasanya sangat berat. gak apa-apa kak, kamu boleh marah sama aku sampai hati kamu legah. Felica berkata dalam hatinya sampai mengeluarkan air mata.
            "Fel, kamu nangis? apa kamu merasa gak enak? sekarang mendingan kamu istirahat aja yah." sambil melap air mata Felicia dengan perasaan khuatir.
             Felicia hanya bisa mengangguk dan perlahan-lahan menutup matanya. Labib pun ikut tertidur di sofa kamar Felicia. 

            "Bib, bib, bangun udah pagi. kita kam harus ke sekolah."
            Labib pun membuka matanya dan terkejut Felicia mambangunkannya, tetapi Felicia sudah memakai seragam sekolah. 
            "Fel, kamu kok."
            "tenang aja bib aku udah agak baikan, tubuhku sudah bisa digerakan. lagipula hari ini kan ada quiz dan entar lagi udah mau semester. gue harus masuk." sambil tersenyum.
            "iya tapi kondisi lo belum pulih, wajah lo masih pucat. dokter bilang lo harus banyak istirahat."
            "please, kali iniii aja. minggu depan bunda Fitri udah mau bawa gue ke Singapura." sambil mengerutkan keningnya.
            "ya udah.. tapi ingat yah lo gak boleh kemana-mana kalau gak sama gue."
            "iya. oh iya mang Gito, tadi ke sini bawa baju sekolah lo. truss dia juga bawa sandwich buatan Mama lo. nah sekarang lo siap-siap aja yah." sambil tersenyum,.
            "hemm."

            Setelah siap-siap dan sarapan merekapun berangkat ke sekolah bersama. sesampai di sekolah tepatnya di parkiran siswa Felicia melihat Revan, begitupun dengan Revan. Felicia tersenyum tetapi Revan menatapnya dengan pandangan yang sinis lalu ia pergi. 
    jadi, kak Revan marah. gak papah kok ka' memang aku yang salah dan memang pantas kalau kamu marah. tapi tatapanmu tadi buat hatiku menjadi tambah sakit. dengan wajah datar Felicia berbicara dalam hati.
    "Fel, kamu.. kamu gak apa" kan?"
    "ah, iya Bib. gue gak papa kok. kita langsung masuk kelas aja deh."
   kring...kring... suara bel kembali berbunyi tanda  semua pelajaran hari ini sudah selesai, dan waktunya pulang ke rumah. Setiap Felicia melihat Revan, ia berusaha menyapanya namun Revan yang sudah merasa kecewa dengan Felcia seakan-akan tidak mengenal Felicia, walaupun mereka tidak sengaja berpapasan. hal ini terus terjadi sampai akhirnya ketika hari terakhir ujian semester, Felicia berencana ingin pamit kepada Revan karena besok ia mau pindah ke Singapura.
     Tepatnya di koridor sekolah, Felicia melihat Revan yang sedang berjalan entah mau kemana dan bermaksud untuk menyapa. 
     "kak Revan."  memanggil Revan dari belakang sambil berlari ke tempat Revan berdiri. Mendengar panggilan itu Revan yang sedang berjalan menghentikan langkahnya.
       "Kak Revan, ada yang harus ku katakan." berbicara di belakang Revan
        Revan tidak menghiraukan Felicia, kemudian ia kembali berjalan.
       "Besok aku mau ke Singapur." smbil mengerutkan kening.
      Mendengar perkataan Felicia, Revan pun kembali menghentikan langkahnya dan diam sejenak. Suasanapun berubah menjadi sunyi. Ada perasaan ragu di hati Revan, antara berbalik atau tetap diam di tempat.
       "Truss, apa hubungannya sama gue?. lo mau ada di sini ataupun gak ada tetap sama kok buat gue." sambil berbalik dan menatap Felicia dengan sinis.
      "Tapi bagiku gak sama kak, lagian aku cuman mau pamit doang kok. karena semuanya fivety-fivety, mungkin aku bakalan kembali lagi ke sini dengan keadaan yang berbeda ataupun mungkin aku gak bakalan pernah kembali." sambil meneteskan air mata
       "Terserah kak Revan, mau benci ataupun marah sama aku. Aku terima kok kak, tapi tolong kak fikir. Mungkin ini bisa aja jadi pertemuan terakhir kita, tolong ngertiin aku kak." sambil melihat Revan yang lebih tinggi darinya.
      "Harusnya kamu yang ngertiin aku Fel, kamu sadar nggak? kamu itu egois. Kamu cuman selalu mikirin diri kamu, tugas-tugas kamu. Apa kamu gak sadar aku nungguin kamu tuh dari jam berapa? kamu gak tahu kan. Udah deh mau kamu kembali ataupun nggak gue udah gak care lagi sama lo." sambil mengeluarkan sebuah buku agenda pemberian Felicia sebagai kado ulang tahunnya dulu, lalu melemparkannya ke lantai.
            Feliciapun berlutut di lantai memungut buku agenda itu sambil meneteskan banyak air mata,  lalu Revanpun meninggalkannya.

Keesokan harinya, Feliciapun berangkat ke Singapura bersama bundanya dan Labib.

            3 tahun pun berlalu, kini Revan sedang kuliah di UI jurusan kedokteran umum. Dengan penampilan cool layaknya anak kuliah Revan terlihat lebih dewasa, pergi ke campus mengendarai mobil. 
       Bruukkkk,,,, suara mobil Revan menabrak mobil orang lain dari arah belakang.
            "Aduh mampus gue,,, mobil siapa lagi nih yang gue tabrak?"Revan yang bebicara pada dirinya sendiri.
            Tok,tok,tok "eh lo keluar dong, gak sadar apa lo nabrak mobil gue." dari luar jendeela mobil Revan tampak wajah seorang lelaki muda yang familiar baginya, sedang mengetuk-ngetukn kaca jendela mobil Revan.
            Revan pun keluar dari mobil "Aduh, mas maaf banget nih. gue benar-benar gak sengaja tapi pasti gue bakalan tanggung jawab kok."
            "eh tunggu dulu, lo Revan kan?" dengan wajah kaget
            "i...i..ya, memangnya kita saling kenal yah?" dengan gugup karena ia takut kalau sebelumya ia juga pernah bermasalah dengan lelaki muda ini.
            "nape lo jadi gagap gitu? loh udah lupa sama gue? ini, gue Labib. ade' kelas loh dulu." sambil tersenyum mengejek.
            "ouh, ello Bib. apa kabar lo, kapan lo pulang dari rumah sakit?" sambil memasukan kedua tangan ke kantong celana.
            " gue baik-baik aja, lo yakin cuman nanyain kabar gue?. lo gak nanyain kabarnya Felicia? 
            "eh sorry Bib, gue sekarang lagi buru". jadi nih nomor hp gue. sekarang lo bawa aja mobil lo ke bengkel truss sms gue aja rincian harganya, sekalian ama nomor rekening lo. pasti gue transfer kok." sambil mengeluarkan kartu namanya
            "gue gak peduli tntang itu kok Van, gue  cuman mau bilang Felicia keadaanya gak baik. Bahkan setelah ia pergi jauh ia masih tetap nangisin ello Van."
            "ouh, maksud lo Velicia di singapura masih sering nangis? hehe" sambil tersenyum mengejek.
            "HEH, lo benar-benar tega. Lo gak tahu kan Velicia udah gak ada?" dengan nada yang tinggi.
            "tunggu, tunggu, jangan bikin gue bingung BIb. memangnya Velicia ke mana? 
"Velicia,,, dia udah meninggal dunia Van, sejak setahun yang lalu. so gue udah di Jakarta selama setahun sejak Velicia dimakamkan." dengan nada yang rendah sambil menunduk ke bawah.
            "gak mungkin, gak mungkin Bib." dengan spontan air mata keluar dari mata Revan
            "Semuanya bisa aja jadi mungkin Van, Velicia yang keliatannya ceria tapi sebenarnya dia ngalamin hal yang banyak orang belum tentu bisa ngalaminnya. Kangker udah tinggal dan melekat di tubuhnya sejak ia berumur 12 tahun, dia selalu berusaha melawan rasa sakitnya Van. yang nyatanya gue benar-benar gak tega ngeliat dia pucat dan menahan sakitnya. tapi semua itu dilakukannya karena ello Van. Elo sumber semangat bagi dia, tapi nyatanya elo juga kan yang membuat dia hancur? dia pernah bilang, dia takut banget pergi karena dia gak bisa ngeliat lo lagi. Tapi nyatanya lo juga kan yang gak mengharapkan keberadaannya.? tunggu entar." Labib masuk ke dalam mobilnya dan mengambil sesuatu, sedangkan Revan hanya bisa diam terpaku.
            "Nih, ini yang ditinggalin Felicia buat lo."sambil memberikan sebuah buku agenda bersampul biru.
            Tangan Revan bergetar memegang buku itu, buku yang sangat ia kenali, bukau yang tidak asing baginya. perlahan-lahan ia membuka sampul buku tapi tiba-tiba Labib mencegahnya.
            "Mending sekarang lo jangan buka buku itu dulu, lo harus ngunjungi makamnya Felicia terlebih dahulu." sambil memegang bahu Revan
            "ocy, sekarang lo harus ngantarin gue." dengan suara yang bergetar.
            Mereka pun pergi ke makamnya Felicia, yang awalnya Revan sulit percaya kalau Felicia sudah meninggal tetapi setelah melihat makam itu tubuhnya tak bisa bergerak, matanya tak bisa berkedip air matanya menetes begitu saja hanya bisa mengingat kesalahannya yang lalu kepada Felicia..

    Hai, kak. apa kabar? lama tak mendengar kabar kak Revan. Mendengar suara kak Revan, melihat senyum kak Revan. Kak Revan gak tahu kan kalau aku sakit dan kesepian? dalam hari-hariku aku hanya bisa berbaring dan menelan butiran-butiran obat. Kadang aku berfikir aku pengen banget sembuh kak, rasanya ingin melihat dunia lebih lama lagi, merasakan menjadi tua. tapi satu hal yang aku sesali, heh bagi kak Revan aku ada atau gak ada sama saja kan? jadinya aku hanya memilih takdir kak. Mungkin kalau kak Revan baca buku ini aku sudah pergi jauh kali yah?
    Satu hal yang selalu aku harapkan kak, Kak Revan ada di sini 1 hari aja ataupun satu jam aja. Tapi semuanya cuman harapan yang mungkin gak akan pernah terjadi. Selama ini aku hanya selalu bisa berharap, bermimpi. Namun semuanya tak berarti kan bagi kak Revan. Oh iya, kak Revan gak suka nulis? kok buku ini masih kosong?. Kak, hal yang paling bikin aku sakit, waktu itu tuh kak. Kak Revan ngembaliin buku ini tapi dengan cara melemparnya.
    Kalau aku boleh tebak, Kak Revan udah kuliah. Moga aja jurusan kedok, makasih kak kalau memang kedok. Berarti kak Revan nurutin satu permintaanku, sebenarnya aku nyuruh kak Revan jadi dokter agar orang yang bisa nyembuhin aku tuh Kak Revan. Tapi kenyataannya gak bisa kan? aku selalu berusaha agar kangker bisa bersahabat denganku tapi kenyataanya mereka selalu ingin menjadi musuh mereka egois, mereka cuman bisa membuat aku jadi tambah sakit.
    oh iya kak, belajarnya jangan terlalu serius. Kak Revan juga harus serius degan orang yang kak Revan sayangi, jangan seperti aku. Aku cuman bisa mikirin tugas-tugas aku dan gak care sama orang yang aku sayang. Tapi waktu itu, waktu kak Revan ngajak aku dinner aku bohong kalau mau belajaar buat ulangan. Sebenarnya waktu itu, aku sakit lagi kak. gak sadarkan diri sampai tengah malam tiba. Ketidak datanganku ini kan yang membuat kak Revan marah sampai sekarang.
      Maaf yah kak, pokoknyha kak Revan harus maafin aku ikhlaskan kesalahnku kak. Kata orang, kita gak bisa pergi dengan tenang jika masi ada amarah dari orang terdekat kita. Aku mau pergi dengan tenang kak, walaupun bagi ka Revan sama aja kan aku ada ataupun gak ada. kak Mungkin ini terakhir kalinya aku bisa nyoretin buku ini, tanganku semakin kaku nih kak.

        Satu lagi aku cuman mau bilang aku sayang kak Rvan loh? ah jadi malu. dan ini sudah lama loh kak. sejak 6 tahun lalu sekarang dan seterusnya.

       
cintaku dalam bisu
hanya ada dalam kumpulan kata
dari tarian jemari bersama pena
yang tak sempat kubaca ulang
dengan lidahku tak bertulang

dalam bisu
aku tahu
bukan cinta itu yang kau mau

cintaku dalam bisu
kualirkan dengan tenaga tersisa
bersama peluh di kala senja
kusampaikan di kala kutiba
tanpa meminta pintu harus dibuka