follow me @wirhii

Sabtu, 19 Januari 2019

Beropini : Berislam? Belajarlah pada ahlinya

9:36 PM 0 Comments

pict source : https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwihmcWE-_nfAhXBPI8KHff_CcsQjRx6BAgBEAU&url=https%3A%2F%2Fwww.salesforce.com%2Fblog%2F2016%2F04%2Fbuild-your-personal-brand-with-social-media.html&psig=AOvVaw3FGgkyOeEsS_UOc6z5joNT&ust=1547991193028790

Pertama kali saya kenal dengan sosial media adalah saat saya masih duduk di bangku SMP, which is saya sekolah di pesantren kala itu. Masa - masa tersebut adalah masa dimana saya sama sekali gaptek, gak kenal google, opera mini, email, etc. bahkan flashdisk aja saya gak tau fungsi dan bentuknya kayak gimana.  

Kalo lagi belajar bahasa arab dan inggris atau lagi baca kitab - kitab kuning apalagi, kagak bisa googling sama sekali buat translate. Satu - satunya sosial media yang saya kenal adalah facebook. Saya masih ingat dengan jelas akun facebook pun bukan saya yang buat, melainkan adik saya yang masih duduk di bangku sd. Saya cuma pake facebook di hari libur dan terkadang dipake buat update status doang. Statusnya yang lucu - lucu aja, kadang puisi, kalimat - kalimat galau, kadang juga dipake buat ngestalking dan ngechat doi wkwk -.- 

Saya sangat yakin hal yang saya alami ini, sebagian besar terjadi pada generasi saya juga. Pada intinya kala itu, sosial media dipake cuma buat laporan iseng - iseng aja dengan cara update status, atau paling enggak dipake buat ngechat teman - teman dekat, cari teman baru, kalaupun kita komen status orang lain.... sangat jarang dipake buat nengebully, menghujat, menghina, ataupun menyebar ketidakbaikan seperti pornografi, isu - isu buruk yang membawa nama agama, ras, suku, dan budaya.

Opini yang ingin saya tulis kali ini tentang maraknya sosial media yang dijadikan sebagai wadah menebar isu - isu sensitif khususnya dalam berislam. 

Saya sangat bersyukur, era teknologi semakin maju, informasi semakin mudah diraih, ilmu semakin mudah digenggam. Saking majunya teknologi, ilmu apapun bisa dicari dan disuarakan contohnya saja ilmu agama, budaya, seni, kesehatan, bahkan politik. Namun ada hal yang sangat disayangkan dari semua itu, tidak jarang pengguna sosial media menebar isu agama tanpa disertai dalil yang jelas. Kebanyakan dari mereka menjadikan opininya sebagai fatwa. Agama adalah hal yang pasti, kalau saja matematika dan fisika ada rumus untuk pembuktian hasil, begitupun dengan agama, ilmunya harus disertai dalil. Itulah mengapa as my experiences, selama ini dalam forum resmi seperti event debate, speech, atau MUN (Model of United Nation) selalu dilarang bersuara ataupun menyinggung tentang SARA (Suku, agama, dan ras) ketika berargumen terhadap suatu permasalahan, karena ilmu agama tidak berasal dari opini dan tidak mengandalkan logika semata.

Sudah banyak influencer bertopeng influencer about islam entah itu karena mereka menjadi viral, or maybe karena mereka kritis dalam berfikir di sosial media hingga tiba - tiba menjadi influencer bagi followersnya, padahal kita belum tahu dengan jelas latar belakang ilmu agamanya sudah sedalam apa. Mereka dengan berani menyuarakan pendapatnya tentang berislam dan berdalih bahwa pemikirannya itu berdasarkan hal yang logis, automaticly because they are influencer, their followers will take a note (getting influenced) for everything they did, their opinions, even their attitude. Contoh kecil ketika keliru dalam menafsirkan ayat. Padahal sudah banyak pakar agama (ustad) dengan latar belakang ilmunya jelas berasal darimana, apa yang disampaikannya pun disertai dalil, hanya saja karena pakar tersebut enggan dilirik sebab tidak terlalu berpengaruh di kalangan warganet, mungkin karena kurang ganteng, kurang cantik atau kurang terkenal, atau sang ahli terlalu keras dalam menyampaikan makanya hanya sedikit yang mengambil pelajaran darinya. Damn, seriously? it's abaot physically shaming again?

Serahkanlah pada pakarnya, kalau saja ilmu bedah hanya dikuasai oleh dokter bedah, pun begitu dengan ilmu agama hanya dikuasai oleh ahlinya saja. Kalau ada yang memancing kamu untuk berdebat mengenai permasalahan agama, mending gak usah diladeni diamin aja, tampung aja argumennya kemudian tanyakan ke ahlinya. 

Bagaimana jika sang pakar yang jelas pendidikannya tapi melakukan kesalahan dalam menebar ilmu? yah.... paling tidak mereka telah melewati yang namanya proses pembelajaran, proses pendidikan, sehingga mereka lebih dalam ilmunya dibanding influencer yang tiba - tiba aja viral karena pemikirannya. Pun apabila sang pakar melakukan kesalahan boleh jadi berasal dari kekhilafan atau tuntutan baginya untuk mendalami ilmu tersebut lebih dalam lagi. Ditegur boleh gak? yah boleh aja tapi didasari dengan pembuktian (ada ilmu atau dalilnya). Kadang juga terjadi perbedaan pendapat antara pakar yang satu dengan pakar yang lainnya (ustad A manhajnya berbeda dengan ustad B), maka saran saya adalah pilahlah sesuai dengan keyakinan kita (yang mampu diterima oleh hati). Jika sikap toleran mampu dihadirkan diantara pemeluk agama yang berbeda, bukankah dalam satu agama yang samapun sikap toleran tetap harus bahkan sangat mudah diadakan? sebab dalam berislam seringkali kita berhadapan dengan perbedaan manhaj ataupun mazhab, namun bukan menjadi alasan untuk perpecahan sesama umat.

Sekali lagi tidaklah benar pabila kita berdebat atau menebar isu mengenai agama jika bukan ahli atau pakarnya, apalagi bersuara tentang islam tanpa dalil yang jelas hukumnya. Opini ini bukan untuk melarang pembaca menebar kebaikan tentang berislam di sosial media karena bukan sebagai ahli yang sebenar - benarnya, melainkan lebih membuka pemikiran pembaca agar sekiranya pintar - pintar dalam mencari ilmu agar bermanfaat saat mengamalkannya, pun sekira - kiranya pintar - pintar mencari tahu kebenaran dari isu yang tersebarluaskan bahkan disetujui oleh kebanyakan publik agar tidak terjebak dalam kejahiliyaan. Penulis opini ini bukanlah sang pakar ataupun ahli, penulis hanya menyampaikan apa yang dianngap baik oleh penulis. Maka perbedaan pendapat sudah pasti akan terjadi, untuk itu marilah kita  juga menumbuhkan sikap toleran pada perbedaan pendapat. Ambil baiknya, buang buruknya.

Sabtu, 12 Januari 2019

Review : Novel The Hole - Pyun Hye Young

10:52 PM 0 Comments
wirireskyamalia.blogspot.com Judul : The Hole Penulis : Pyun Hye Young Penerjemah Dwita Rizki Pemeriksa aksara : @thetat Penata isi : @nurhasanahridwan12 Perancang sampul : Sukutangan Penerbit : BACA
wirireskyamalia.blogspot.com
Judul : The Hole
Penulis : Pyun Hye Young
Penerjemah Dwita Rizki
Pemeriksa aksara : @thetat
Penata isi : @nurhasanahridwan12
Perancang sampul : Sukutangan
Penerbit : BACA
Novel ini merupakan karya penulis asal Korea Selatan Pyun Hye Young. Novel ini telah mendapatkan nominasi dalam Shierley Jackson Award 2017 dan mendapatkan gelar 10 Thriller novel terbaik 2017 versi majalah Time.

Sesuai dengan penghargaan yang telah diperoleh, novel ini bergenre thriller. Itulah mengapa saya tertarik untuk membeli karena baru pertama kali saya baca novel genre thriller. Novel ini saya beli melalui salah satu platform online. Saya membaca novel ini kurang lebih selama 2 hari dikarenakan bahasanya cukup mudah dipahami even this is translation novel. 

Kisah The Hole ini diawali dengan perjalanan liburan tokoh utama yaitu Oh gi beserta istrinya menggunakan mobil pribadi, hanya saja dalam perjalan tersebut mereka menempuh nasib sial, mereka mengalami kecelakaan lalu lintas yang sangat parah. Nasib naas ini menyebabkan gagalnya liburan Oh gi dan istrinya, sehingga salah satu dari mereka ada yang meninggal dunia dan ada yang koma. Istri Oh gi lah yang meninggal pada kecelakaan tersebut, sedangkan Oh Gi mengalami koma selama beberapa hari.

Saat Oh Gi sadar dari komanya, nasib naas ternyata belum selesai menimpanya. Oh Gi sama sekali tidak bisa menggerakan tubuhnya kecuali tangan kirinya dan mengedipkan matanya, sehingga harus menjalani terapi dan perawatan lanjutan. Oh gi didampingi oleh ibu mertuanya yang sedang berduka karena kehilangan putri satu - satunya. Tak lama setelah tinggal di rumah sakit, masih dalam keadaan yang sama yaitu lumpuh dan tidak dapat berbicara, Oh Gi dan ibu mertuanya pulang ke rumah Oh Gi. Oh Gi mampu mengedipkan mata, dengan cara inilah ia mampu berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Oh Gi menghabiskan hari - harinya hanya berbaring di tempat tidur, dalam masa - masa tersebut ia terus mereka ulang kembali masa - masa hidup bersama istrinya dahulu, mulai dari awal pertemuan mereka hingga penyebab kecelakaan itu terjadi.

Di awal - awal pengenalan karakter akan ada kisah pertemuan awal Oh Gi dan istrinya beserta ibu dan ayah mertua Oh Gi. Pada saat membaca bagian ini, penulis seakan akan mendeskripsikan bahwa kehidupan awal pernikahan mereka memang gak bahagia - bahagia amat kayak pasangan lainnya. Khususnya masalah pekerjaan dan karier, tak jarang Oh Gi dan istrinya menemukan kesulitan
tapi tidak mampu memahami satu sama lain. 

Konflik dari novel ini adalah ketika Oh Gi dengan keadaan lumpuh yang merasa menyesal dan menyalahkan dirinya sebagai penyebab kematian istrinya harus dirawat oleh ibu mertua Oh Gi yang terus terusan berduka atas kehilangan putrinya. Oh Gi yang lumpuh  sangatlah tidak berdaya di depan ibu mertuanya, ia terpaksa harus mengikuti setiap keputusan yang ditetapkan oleh ibu mertuanya. Mulai dari keuangan, jadwal pengobatan, pengasuh, pendeta yang mendoakan dengan harga yang cukup mahal,  hingga karir Oh Gi sebagai dosen semuanya diatur oleh ibu mertuanya.

Ibu Mertua Oh Gi seringkali mengeluh dan bersikap ketus karena harus mengurus Oh Gi, hal ini menyebabkan  rasa bersalah Oh Gi semakin besar. Oh Gi yang tidak berdaya juga terkadang marah kepada ibu mertuanya, saat ibu mertua meninggalkannya dalam kondisi gelap gulita, terlebih lagi ketika ibu mertua Oh Gi memasukan surat pengunduran Oh Gi sebagai dosen yang memiliki jabatan cukup baik di universitas.

Tiba - tiba saja ibu mertua Oh Gi menggali lubang di taman rumah Oh Gi dan istrinya,  sehingga menimbulkan kecurigaan pada benak Oh Gi 'apakah ibu mertuanya akan menguburnya hidup - hidup dalam lubang besar tersebut?' Akhirnya Oh Gi terombang - ambing dalam rasa penasaran tersebut, di satu sisi dia terus - terusan merasa takut, di sisi lain dia juga merasa penasaran. Dia tidak ingin mati dan masih ingin berusaha untuk tetap sembuh, setidak - tidaknya bagian tubuh atasnya berfungsi lagi, karena Oh Gi ingin melanjutkan pekerjaannya sebagai dosen walaupun bagian bawah tubuhya tidak bisa lagi menemukan harapan.

Awalnya saat baca novel ini saya pikir karena genrenya thriller maka akan banyak darah atau ketegangan luar biasa dari adegan kekerasan, tapi ternyata novel ini memiliki daya tariknya sendiri dalam menimbulkan rasa penasaran serta ketegangan yang berbeda dari novel thriller lainya. Alur dan endingnya pun tidak dapat ditebak, untuk itu penulis berhasil menciptakan rasa penasaran bagi pembaca. Pembaca juga mampu merasakan penderitaan Oh Gi yang begitu tidak berdaya dan terkadang dipermalukan.

Hal yang saya suka dari novel ini karena menyingkap sisi - sisi psikologis dari pemeran utama, sehigga banyak banget pembelajaran yang bisa diambil dari novel ini.  Bagian favorite saya dari novel ini ketika diceritakan bahwa Oh Gi pernah menyukai wanita lain dan  hampir berkhianat kepada istrinya, makanya istrinya yang pernah bercita cita sebagai jurnalis membuat surat terbuka, isi surat tersebut sama seperti sebuah kritikan untuk Oh Gi, jleeb banget dah pas baca suratnya. Saya ngedukung sikap istrinya Oh Gi di sini.

Bagian yang buat saya masih bertanya adalah eksekusi dari tokoh novel ini. Nama tokoh - tokohnya  hampir disamarkan semua kecuali nama Oh Gi. Disamarkan menggunakan huruf seperti J,K, dan M. Kadang saya bingung bedain mereka, lebih klop lagi gitu kalo mereka punya nama walapun mereka punya peran yang sedikit sih di novel ini.

Selebihnya saya sangat suka termasuk alur serta bahasanya, walaupun ini novel transletan tapi jleb banget bahasa Indonesianya. Untuk endingnya sendiri, saya gak pernah mempermasalahkan ending untuk sebuah kisah fiksi, karena saya tahu pasti bahwa penulis sangat berhak menentukan, even itu gak sepenuhnya bakal diterima oleh semua pembaca.

Rate yang saya berikan adalah 3.5/5



Prosa : Sanguinis dan Melankolis

9:01 PM 0 Comments
Pict source :https://www.istockphoto.com/photos/dishonesty-mask-women-human-face?sort=mostpopular&mediatype=photography&phrase=dishonesty%20mask%20women%20human%20face

Aku begitu Sanguinis di luar dan melankolis di dalam

Maukah kau membaca Sanguinisku terhadapmu?
Ah. tak perlu kujelaskan.
Mungkin kamu dan di sekitarku terlampau memandangku sebagai perempuan yang hidup hanya dengan ambisi saja.
Aku menasehati perempuan lain bahwa cinta ataupun rasa sejenisnya yang tak terlalu kupahami itu bukanlah hal primer yang membuat kita bertahan di dunia.
Bahwa rasa tersebut tak selamanya harus menuntut balasan, tak selamanya menuntut penerimaan.
Sebab yang dipaksakan tidak akan menemui muara bahagianya.
Aku menyuruh mereka beranjak tanpa menoleh sedikitpun ke belakang karena di dalamnya hanya ada luka dan penolakan.

Kumaki diriku dan memberinya medali munafik.
Aku begitu melindungi diriku dengan menghadirkan sanguinis yang sebetulnya tidak mendominasi seluruh diriku.
Sanguinis itu hadir hanya di bagian terluar diriku saja, karena entah mengapa nalar selalu mati di lawan logika bila menghadapmu.
Sepengecut itulah aku, setakut itulah aku.
Sanguinis itu hanya bentuk keterbohongan dari aku yang sebenar - benarnya selalu memikirkanmu dan hanya tentangmu.
lucu memang, maka tertawakanlah diriku sepuas - puasmu.

Maukah kau membaca melankolisku?
Padamu puisi ku seakan menjadi hidup, padahal sama sekali kita tak menghidupkan.
Aku dengan setiap pengandaianku lagi - lagi menghidupkanmu dalam prosa yang di dalamnya aku adalah Tuhan. 
Aku menghidupkanmu yang sebenarnya tak serupa dengan kenyataannya. 
Bukannya aku ingin mengelabui kuasa Tuhan dengan menghidupkanmu dalam dunia prosaku, hanya saja aku tetap sadar bahwa prosa dan puisiku hanya fiksi semata. 

Fiksi?
Setelah kupertimbangkan lagi, hanya sisi pandangmu yang kucipta sebagai fiksi namun tidak dengan sisi pandangku. 
Sisi pandangku tercipta sesuai dengan apa yang kurasa, walau aku harus menyebabkan peperangan antara debaran hati dan logikaku.
Mereka saling bertengger dalam cakarnya masing - masing untuk mepertahankan sanguinis dan melankolis diriku.

Maukah kau sekali lagi membacanya?
Tiap puisi yang kucipta hanya berirama sendu jika itu tentangmu.
Aku diam di luar namun luka di nalar.
Aku marah pada debaran ku yang selalu bersedia tersiksa dalam pengandaian.
Gertak waktu selalu berdenting seakan ingin menarik.
Awalnya aku percaya bahwa waktu akan menyembuhkan, bahwa seiring waktu rasaku akan tertelan membentuk masa lalu.
Namun sayangnya, apa yang kupercayai hanya dilakukan oleh otakku saja, tidak dengan nalar dan debaranku.
Semakin kau jauh, rindu semakin menikam hatiku.

Aku tak butuh yang lain atau berharap ada pengganti dirimu.
Cukup kamu ada di sekitarku, hingga aku bersyukur masih bisa bertemu denganmu dan memastikan bahwa kamu baik - baik saja, tidak sakit, dan masih mengukir senyum yang sama.
Berbahagialah hai penyebab debaran hati dengan apa adanya dirimu sekarang, selagi aku masih mencari cara untuk menolong diriku agar melankolis tidak menikamku dengan kejam, agar sekiranya aku tetap dengan apa yang kamu fikirkan, perempuan sanguinis.

Makassar, 12/01/18
Wiri Resky Amalia

*inspired from imagination about human psychology types



Minggu, 23 Desember 2018

Mantra Jika Kuliah Salah Jurusan

10:30 PM 0 Comments
pict source : Liputan6.com

Alhamdulillah kabar baik di penghujung Desember, saya telah melaksanakan wisuda dan mendapat penghargaan saat itu. Folks.. jika ditanya bagaimana rasanya mengemban pendidikan selama 16 tahun hingga akhirnya selesai, sudah pasti saya akan menjawab "legah". Meski harus melanjutkan kuliah profesi lagi, sekurang - kurangnya animo legah itu muncul karena saya berhasil menyelesaikan penelitian skripsi yang cukup runyem dan rumit. Orang - orang di sekitar memberi selamat bergandengan dengan kalimat yang tak awam lagi "wah tak terasa yah dulu masih SD sekarang sudah sarjana", sebut saja waktu saya pergi ke tempat foto copy langganan saya, saat itu saya lagi copy proposal untuk seminar hasil. Ibu pemilik toko ternyata mengenali saya, padahal terakhir saya ke sana pas kelas 3 SMA. Ibu itu membaca halaman sampul saya yang bertuliskan skripsi, sembari melemparkan senyum beliau mengucapkan selamat "wah selamat nak, tidak terasa yah padahal dulu masih SMA sekarang sudah mau selesai". 

Dari sudut pandang orang lain yang melihat kelulusan saya semuanya hampir sama "tidak terasa sudah sarjana". Saya sedikit bingung, apakah iya memang tidak terasa? untuk itu saya berbincang dengan Mama mengenai hal ini. "Ma, kata orang - orang tak terasa saya sudah sarjana. Kalo menurut mama?" Tanpa berpikir panjang mama langsung jawab "Mama sangat rasa nak, orang mama sama papa yang berjuang supaya kamu bisa sekolah". Tak perlu diperjelas lebih lanjut, dari awal saya sudah bisa menerka, selain saya yang merasakan panjangnya waktu 16 tahun untuk menempuh pendidikan, Mama dan Papa lah orang yang paling kesulitan di saat - saat tersebut. Beliau harus membanting tulang agar saya bisa selesai sekolah. Bahkan terkadang saya lupa, di saat - saat saya mengalami kesulitan dalam menempuh pendidikan ada dua orang lagi yang lebih sulit tapi jarang mengeluh "kedua orang tua".

Saya sangat yakin, sarjana adalah gelar yang banyak diidamkan oleh cendekia. Saya ingin mengajak pembaca kembali ke waktu pertama kali saya memasuki dunia perkuliahan. Berawal dari drama tidak diterimanya saya di perguruan tinggi negeri, hingga akhirnya saya bersih keras tidak mau kuliah apabila bukan jurusan yang saya inginkan. Seringkali saya menuliskan bahwa tidak pernah sekalipun ada niat memilih jurusan farmasi, at least karena saya gak lulus di jurusan yang saya inginkan saya pilih yang bidang keilmuannya sedikit dekat dengannya hehe. Saat pertama kali kuliah, hal yang terasa berat di awal adalah mengerjakan tugas yang begitu banyak dengan model - model yang unik, pake mesin ketik lah, tulisan tangan sampai berlembar lembar lah. Hal - hal tersebut yang menyebabkan saya menciptakan berbagai keluhan yang banyak menyita waktu.

Entah darimana datangnya satu kalimat yang sangat memotivasi saya, "Jalani dan Nikmati Saja". Kalimat ini sering diteriakan oleh teman -- teman di tempat saya kuliah. Sadarku dari berbagai macam keluhan, kalimat tersebut menuntunku melewati berbagai macam arus menuju suatu muara. "Jalani" mulai dari terbentur, terhempas, terbanting, terjatuh. Saya terhasut dengan mantra itu hingga akhirnya saya jalani kesulitan - kesulitan tersebut. Hingga saya tiba pada waktu dimana seiring saya menjalani kerasnya menempuh pendidikan, saya sadar bahwa sikap menjalani tersebut memang bergandengan erat dengan "menikmati". Muncullah analogi, "di waktu saya masih  kecil, saya sudah bahagia  makan nasi dan kecap tanpa lauk pauk" jika dipikir - pikir makanan ini sangat sederhana, namun kebahagiaan itu muncul karena saya sangat menikmati makanan tersebut. 

Kenikmatan itu muncul begitu  saja, hingga akhirnya kugenggam erat ia sebagai perisai ku menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas. Tidak sampai di situ, i am growing up dan menemukan bahwa "Jalani dan Nikmati Saja" adalah mantra yang menghadirkan keikhlasan di setiap saya menyentuh pena, duduk di kelas, dan berkuliah. Mengapa mantra tersebut bisa berhasil? karena ketika saya ingin menjalani jurusan ini, otomatis secara tidak sadar saya jalaninya pake usaha, bukankah menyebrang sungai menuju muara butuh usaha untuk mengayuh dayung perahu? Untuk itu, agar bisa sampai ke muara perkuliahan maka berusahalah, dan jangan lupa berdoa.  Siapapun yang menciptakan mantra itu terimakasih ku setulus - tulusnya, karena secara tidak langsung saya auto terharu menikmati momen wisuda kemarin. 

Jika kamu memiliki kasus yang sama seperti saya, merasa frustasi karena masuk di jurusan yang tidak diinginkan pertama - tama cobalah untuk menjalani dan menikmatinya. CObalah dijalani selama 1 tahun dan terapkan mantra "Jalani dan Nikmati Saja" Plus Berdoa. Barangkali ada berkah serta tujuan Allah swt. meletakan kamu di jurusan tersebut. Seiring waktu kamu akan sadar, waktu SMA kemarin pemikiran masih belum matang karena ego masih menguasai. Tidak ada yang namanya salah jurusan, yang ada hanyalah rasa takut, malas serta ego yang diciptakan oleh diri sendiri.



Kamis, 04 Oktober 2018

Beropini : Sepenggal Resah Pada Kehidupan Sosial

11:15 PM 0 Comments
Assalamualaikum wr. wb


Sudah lama saya ingin menuliskan ini, tentang sedikit rasa resah pada masyarakat di sekitar saya. Awalnya saya ragu, mungkin saja banyak yag menilai ini akan menjadi sebuah kritikan yang tak berdasar, atau hanya menjadi sebuah tulisan belaka yang tak berlaku bagi saya. Intinya ini hanyalah sebuah opini yang kebaikannya harus diambil, keburukannnya dibuang.

Saat berkumpul dalam suatu halaqah positif, tak jarang pemateri selalu mengingatkan kepada kita untuk berusaha menjadi Agent of Change. Jika kamu baru mendengar istilah tersebut, i'll tell you about it on  a short explanation sesuai dengan sebatas apa yang saya ketahui. Agent of Change ditujukan pada seseorang atau kelompok orang yang berupaya  mempengaruhi serta memperbaiki mental targetnya (biasanya targetnya adalah sekelompok masyarakat), agar target tersebut  dapat mengambil keputusan maupun inovasi sesuai dengan harapan yang dianggap baik oleh agent of change. Singkatnya, agent of change akan selalu memiliki ide baru untuk menyelesaikan problematika di sekitarnya. I am sorry if i was wrong dalam menafsirkan agent of change. Saya gak akan bahas panjang lebar tentang agent of change ini, hanya saja dalam beberapa narasi jika membahas agent of change selalu dimulai pada hal - hal yang berat contohnya adalah aspirasi terhadap kebijakan pemerintah lah, politik lah, or something like that, hingga melupakan untuk membahas hal - hal kecil yang juga sangat penting bagi kehidupan sehari - hari. Hal ini tentu saja berakibat fatal dan mengakibatkan keresahan dalam lingkungan.

Hal - hal kecil yang dilupakan adalah seperti ajakan perubahan terhadap sesuatu yang dapat mengganggu kenyamanan orang lain di lingkungan sosial. Hal yang mengganggu tersebut datangnya dari sifat egois ataupun ignorance manusia itu sendiri. Dimulai dari kasus klakson dan lampu lalu lintas. Jika kamu adalah pengguna kendaraan yang sering menyintas di jalan raya, seringkali macet merupakan hal yang paling menjengkelkan dan melelahkan bukan? Ditambah lagi apabila pengendara lain yang terus memainkan klakson di tengah kemacetan yang melelahkan, mereka seakan - akan menjadikan klakson sebagai senjata untuk menembus kendaraan lain yang ada di depannya, padahal gak ada gunanya karna yang dibutuhkan hanyalah bersabar. Folks... Jika kamu salah satunya yang sering memainkan klakson di tengah kemacetan, kamu pasti tahu saat macet terjadi maka kendaraan melaju lambat ataupun berhenti. Yang dibutuhkan di sini adalah saling pengertian antara sesama pengguna jalan, klakson yang berlebihan bisa fatal bagi kondisi psikologis pengendara yang lain. Pengendara lain yang mendengar klakson berlebihan akan tergannggu konsentrasinya, dan dapat mengakibatkan sesuatu yang tidak sama sekali diharapkan, contohya tabrakan. 

Hal ini juga berlaku pada lampu lalu lintas, sedari kecil kita tahu bahwa lampu kuning artinya hati - hati.. tapi tak jarang orang lain menjadikan lampu kuning sebagai lampu hijau (you know what i mean right?). Jujur ... saya sendiri sudah dua kali melihat kasus kecelakaan terjadi di depan mata saya sendiri karena ketidaktaatan terhadap lampu lalu lintas. Hal ini sensitif sekali dan benar - benar harus dipatuhi.

pict source : https://gifer.com/en/29wB

Adalagi hal - hal kecil lain yang berkaitan dengan kejorokan manusia yang menjadikan hidup bersosialisasi menjadi kacau balau, seperti kelakuan after pee atau poop di Toilet/WC Umum. Masih banyak orang - orang pengguna toilet umum sering meninnggalkan jejak mereka di toilet tersebut, just like tetesan pee bahkan bekas - bekas poop yang belum tersiram bersih. Hal ini ditimbulkan karna rasa acuh dari masing - masing individu, padahal kita semua sudah tahu kalo jejak - jejak tersebut adalah sumber infeksius penyakit karna merupakan wadahnya bakteri jahat bertengger. Rasa acuh tersebut berbicara sebagai "emang saya pikirin, yang sakit juga bukan saya" "emang saya pikirin, ada petugas kebersihan yang akan bersihkan" dan lebih parahnya lagi mungkin kebanyakan dari kita tidak memikirkan apa - apa (selesai pee or poop, siram, keluar and then go tanpa sadar apakah ada jejak infeksius yang tertinggal). Coba deh buat perubahan sedikit dalam menggunakan Toilet umum, pastikan dengan betul sebelum kita meninggalkan toilet, toilet tersebut benar - benar bersih. Toilet umum ukurannya tak sebesar kamar hotel,  it's not taking too much time untuk memperhatikan seisi toilet. Paling tidak manfaat untuk diri sendiri adalah memperoleh kebiasaan baik yang akan diturunkan untuk anak - anak kita nanti :P

Keresahan terakhir adalah membuang sampah tidak pada tempatnya. These shit are not taboo anymore, kumasih sering bertanya atau berfikir bagaimana cara untuk menyadarkan orang - orang yang melakukan hal ini? Padahal setiap tempat selalu menyediakan fasilitas tong sampah dilengkapi dengan tulisan buanglah sampah pada tempatnya. Contoh paling sering adalah setelah nonton di bioskop banyak sekali sampah berupa bungkus popcorn dan soda yang ditinggal oleh pemiliknya. Padahal beratnya tidak sampai 1 kg buat dibawa keluar :( Lagi - lagi ini hanyalah masalah kebiasaan saja, jika dari dini terlalu cinta dengan sikap acuh maka hal - hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya akan menjadi hal yang tak pernah dipikirkan. Sebagai generasi milineal, cobalah untuk menanamkan sikap dan sifat peduli terhadap lingkungan sosial because i am pretty sure it just need little effort. Kasihanilah generasi selanjutnya, karena baik serta buruknya sikap dan sifat sehari - hari itu boleh jadi akan menurun secara genetik. 

Paling tidak marilah belajar bahwa kita hidup bertetangga dalam lingkungan sosial dan jika hal kecil saja tak mampu diperhatikan bagaimana dengan hal yang lebih besar lagi? Dari kasus - kasus di atas saya semakin yakin dengan benar adanya kalimat "Didiklah anakmu 20 tahun sebelum ia lahir"

Selasa, 25 September 2018

Jurnal Singkatku Kuliah di Farmasi

9:10 PM 0 Comments
Assalamualaikum readers
Saya kembali lagi, setelah sekian lama blog ini tidak bisa dibuka karena suatu hal yang tak kumengerti (maklum agak gaptek d IT)..

Alhamdulillah berkat petunjuk dari Allah swt. saya masih bisa mengatasinya. Sebenanrnya hari ini saya mau mengupload tulisan saya tentang lanjutan pembahasan antibiotik yang sebelumnya saya sudah lampirkan di blog ini ,namun... rasa-rasanya saya rindu bercerita di dunia maya maka hari ini saya hanya akan berbagi cerita

well, first of all saya mengucapkan selamat hari farmasis sedunia untuk kita semua :) Berhubung karena hari ini tepatnya 25 September bertepatan dengan WORLD PHARMACY DAY saya ingin berbagi cerita singkat tentang kuliahku di Farmasi selama kurang lebih 4 tahun lamanya.  

pic source : Dreamstime.com

Fun fact about me, salah satunya adalah kuliah di farmasi tidak pernah sedikitpun terlintas dalam perencanaan saya, lalu kemudian bagaimana saya bisa menjadi bagian dari kuliah farmasi itu sendiri ceritanya sangaaaat panjang, tapi satu hal yang saya masih yakini yaitu Allah swt. memberikan porsi rejeki saya itu ada di Farmasi (inshaAllah) .. so here i'm... still on going to be a bachelor of pharmacy. 

Kini saya mengajak para pembaca mundur ke tahun 2014. Pada tahun 2014 saya memulai duduk di bangku farmasi tepatnya di Universitas Muslim Indonesia Makassar. Sama hal nya dengan mahasiswa/i baru lainnya di awal - awal perkuliahan masih tecium harum masa - masa orientasinya. Kostum yang digunakan setiap ke kampus adalah jilbab dan baju putih serta rok hitam, oh iya tak lupa tambahan pita kuning di sematkan di bagian atas jilbab. Kostum ini digunakan selama 1 semester lamanya :’)

Awal – awal perkuliahan materi yang didapatkan menurut saya masih agak ringan, karena ada beberapa yang merupakan pengulangan dari pelajaran IPA di SMA. Semester 1 yang paling berat adalah laboratoriumnya, khusunya lab. Faal (anatomi dan fisiologi manusia). Saat itu laporan serta tugas pendahuluan harus dikerjakan menggunakan mesin ketik, yah tau sendirilah mesin ketik itu gak bisa copy paste dan gak bisa undo redo. Laporan tebalnya sekitar 20 halaman lebih, kalo pake sistem kebut semalam habis sudah waktu tidur dipakai mengetik laporan :’(  hal lain yang masih teringat adalah beratnya belajar faal ini, materinya cukup banyak dan waktu belajar semakin menipis karena harus mengerjakan laporan. Kenapa harus belajar? Karena ada respon yang menanti,  respon itu sejenis kuis yang menjadi persyaratan masuk ke laboratorium. Jika respon gagal maka nilai menjadi 0...tapi alhamdulillah saya berhasil melewatinya :D kok bisa? Yah usaha dan doa :p (Cuma ini solusi terbaiknya)

Di semester-semester selanjutnya kurang lebih sama, hal yang paling menyulitkan memang adalah menyeimbangkan nilai di kelas perkuliahan dan di kelas laboratorium. Setiap naik tingkat, dijamin tingkat kesulitan dan kesibukan juga ikut naik. Tenaga terkuras habis.. kesehatan sudah tidak dipedulikan lagi.. slogan saya adalah yang penting saya bisa lulus di lab. dan mata kuliah tersebut. Saya sendiri tidak terlalu peduli dan mengharapkan  nilai tinggi, yah yang penting bisa memenuhi nilai standar yah kan ? Adapun ketika saya mendapatkan nilai tinggi, mungkin karena usaha dan doa yang saya lakukan lagi berhasil wkwkwk saya masih sangaaaat yakin dengan kekuatan ikhtiar dan tawakkal :D 

Usaha yang bagaimana? Doa yang bagaimana? Usaha yang saya yakini telah saya lakukan selama ini adalah mencintai apa yang saya kerjakan sepenuh hati, ikhlas dan bersabar.. selalu saja ada tawaran dari orang terdekat saya untuk membantu saya seperti mengetik laporan, menuliskan laporan, tapi inshaAllah saya tolak... bukannya saya sombong menolak bantuan tersebut, tapi karena saya ingin belajar mencintai dunia yang saya tekuni ini maka saya selalu berusaha mengerjakannya sendiri lalu sebisa mungkin mengamalkannya.  Bukankah slogan ‘tak kenal maka tak sayang’ itu benar adanya? Selagi masih diberi  kesehatan dan kesempatan tidak ada salahnya untuk berusaha maksimal. Etss... tapi jangan salah paham dulu... untuk mencari jawaban dari soal-soal atau memecahkan permasalahan saya tidak solo karier wkwkwk pastinya saya join dengan teman – teman yang lain untuk melakukan diskusi, otak manusia kerjanya juga terbatas.. ada beberapa hal yang tidak kita ketahui pasti diketahui oleh orang lain. Menurut kamu usaha yang kulakukan ini sudah benar atau belum? apakah terlalu ambisius?sepertinya iya hahaha tap lagi -lagi saya mengingat kewajiban saya sebagai anak adalah berusaha menyelesaikan kuliah ini dengan benar karena biaya yang dikeluarkan oleh orang tua saya sudah terbilang cukup besar :") jalan satu-satunya saya harus berhasil melewati kuliah ini (wah jadi mellow) 

Di semester akhir ini ada pengaruh besar untuk saya semenjak kuliah di farmasi, saya semakin mencintai tantangan. Semakin sulit tantangan itu semakin tergiur saya melakukannya, kecualiiiiiii tantangan yang terlibat dengan ketinggian dan nyawa ‘it was my f***ing phobia’ Tantangan yang saya maksud adalah tingkat kesulitan dari pelajaran, semakin sulit pelajaran itu semakin penasaran saya terhadapnya. Am i crazy?

Berbicara tentang tantangan di semester akhir,  ini adalah tentang penelitian saya yang tak kunjung selesai tapi sebentar lagi selesai inshaAllah,  saya memulai penelitian kira – kira pada bulan juni atau juli... saat pertama kali menentukan judul penelitian saya sangat galau. Dari ke 5 cabang laboratorium, yang mana harus saya pilih? Akhirnya saya sholat dan meminta petunjuk, dan terpilihlah Proniosom menjadi tema penelitian saya kali ini. Penelitian ini disarankan oleh dosen pembimbing saya.... saat itu hati saya mengatakan inilah jawaban dari doa saya... Melalui dosen pembimbing Allah swt. menjadikan Proniosom adalah takdirku, hingga akhirnya proniosom menjadi bagian dari diriku sekarang wkwkwk lebay, Penelitian tentang proniosom ini lumayan sulit tapi lagi – lagi saya berusaha mencintai kesulitan itu dan akhirnya saya jatuh cinta wkwkw. Alhamdulillah sebentar lagi penelitian ini akan selesai dan terukir dalam skripsi, mohon bantu doakan agar saya segera menyelesaikan kewajiban sebagai anak dan mahasiswi  :’)

yang paling bisa membuatku bertahan di bangku farmasi iniadalah dukungan dari orang tua serta teman - teman ku tercinta, in another time saya akan bercerita pengaruh apa saja yang mereka berikan hingga membuatku selalu bersemangat wkwkwk 

 demikianlah curhat kali ini...jangan bosan membaca curhatan saya walaupun tak berfaedah

i am so excited because my blog is back to me.. Alhamdulillah





Sabtu, 18 Agustus 2018

Kuliah Farmasi : Antibiotik (Mekanisme Penghambat Sintesis Dinding Sel Bakteri)

12:32 AM 2 Comments
Assalamualaikum

Sedikit pengantar sebelum masuk ke teori, pada postingan sebelumnya saya sudah bilang bahwa saya akan memperbanyak postingan tentang kuliah Farmasi. Just info saja, kini saya berada di semester akhir sehingga saya berniat dan menantang diri saya untuk mereview ulang pelajaran - pelajaran saya sebelumnya. Setelah saya review, saya akan posting ke Blog ini. Untuk itu bahasa yang saya gunakan lebih santai dalam menjelaskan, dengan kata lain seakan - akan teori yang saya jelaskan adalah kesimpulan dari yang telah saya review. Jadwal saya mereview kembali pelajaran farmasi adalah Sabtu dan Minggu, pada hari yang sama jika tidak berhalangan saya akan langsung update hasil review tersebut ke blog ini .

okay langsung saja, mari kita mulai belajar..



Sebelum saya menjelaskan tentang Antibiotik yang mekanisme kerjanya menghambat dinding sel bakteri, terlebih dahulu saya akan memperkenalkan mengenai perbedaan Antimikroba dan Antibiotik.
Antimikroba adalah semua zat yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme, dimana zat tersebut dapat berasal dari bahan alam, mikroorganisme, atau bahan sintetik. Sedangkan Antibotik adalah zat/senyawa yang dihasilkan oleh berbagai jenis mikroba, baik itu bakteri maupun fungi yang dapat menekan atau menghambat/membunuh mikroba lain. 
Kata kuncinya adalah Antimikroba berasal dari tumbuhan, mikroorganisme, dan bahan sintetik sedangkan Antibiotik hanya berasal dari mikroorganisme.

Antibiotik penggolongannya dibagi menjadi dua, (1) Berdasarkan Mekanisme Kerjanya dan (2) Berdasarkan Struktur Kimianya. Untuk Penggolongan berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dibagi menjadi 5 kategori :
1. Penghambat sintesis dinding sel
2. Penghambat sintesis membran sel
3. Penghambat sintesis protein
4. Antagonis Asam Folat
5. Penghambat Sintesis asam nukleat/DNA

Dari Ke-5 kelompok berdasarkan mekanisme kerja tersebut, masih ada lagi pembagiannya. Hari ini yang akan saya bahas adalah golongan antibiotik penghambat sintesis dinding sel. Golongan antibiotik penghambat sintesis dinding sel terdiri dari :
1. Penghambat Enzim Beta Laktamase obat-obatnya terdiri dari : asam klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam.

2. Antibiotik Beta Laktam terdiri dari 4 golongan:

a. Golongan Penisilin :Penisilin G, Penisilin V, metisilin, nafsilin, oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin, amoksisilin, ampisilin, karbenisilin, tikarsilin, piperasilin, mezlosilin, azlosilin.

b. Golongan Sefalosforin terdiri dari 5 generasi:
# Generasi pertama adalah : cefazolin, cefadroksil, cefaleksin, cefalotin, cefapirin, cefradin.
# Generasi kedua adalah : cefaklor, cefamandol, cefonisid, cefotaten, cefoksitin, cefuroksin, cefmetazol.
# Generasi ketiga adalah : cefixime, cefoperazon, cefotaksim, ceftaxidim, ceftizoksim, ceftriazon, moksalaktam
# Generasi keempat adalah : cefepime
# Generasi kelima adalah : ceftarolin

c. Golongan Karbapenem terdiri dari : Imipenem/cifastatin, ertapenem, meropenem.

d. Golongan Monobactam terdiri dari : azitreonam.

Baiklah setelah mengenali obatnya mari simak pembahasan mekanisme kerjanya. Yang pertama mekanisme kerja dari Penghambat beta laktam. Sebelum mengetahui mekanisme kerjanya, hal pertama yang harus diketahui adalah proses biosintesis dari dinding sel bakteri, simak penjelasan berikut ini :

Dinding sel bakteri berfungsi untuk melindungi bakteri dari tekanan luar, mempertahankan integritasnya, dan agar tidak mudah lisis ketika terjadi proses osmosis. Dinding sel bakteri tersusun atas 3 komponen yaitu polisakarida, polipetida, dan peptidoglikan. Di dalam polisakarida terdapat N-asetil muramat dan N-asetil glukosamid. Ketika N-asetil muramat dan N-asetil glukosamid berikatan satu sama lain maka barulah akan terbentuk yang namanya peptidoglikan. 

Lalu bagaimana proses sintesis dari peptidoglikan? Sintesisnya terdiri dari beberapa tahap


simak videonya dan baca penjelasan di bawah :

1. Di dalam sitoplasma, terdapat N-asetil muramat dan N-asetil glukosamid yang masih belum berikatan satu sama lain. Tahapan awal sintesis peptidoglikan terjadi ketika 5 buah asam amino berikatan dengan N-asetil muramat, kelima asam amino tersebut membentuk rantai asam amino. Asam amino tersebut terdiri dari D-alanin D-alanil, urutannya adalah (asam amino 1 : D-alanin, asam amino 2 : D-alanil, asam amino 3 : D-alanin, asam amino 4 : D-alanil, asam amino 5 : D-alanin)
Kata kunci : ingatlah bahwa urutan rantai asam amino yang ke 5 adalah D-alanin

2. Tahapan selanjutnya adalah ketika N-asetil muramat telah menyatu dengan rantai asam amino barulah N-asetil glukosamid bersatu dengan N-asetil muramat untuk membentuk prekusor peptidoglikan.

3.  prekursor peptidoglikan yang terbentuk akan ditransport melewati membran sitoplasma menuju periplasma. Periplasma terletak di antara membran sitoplasma dan membran luar sel. prekursor peptidoglikan di sini bukan cuma satu tapi ada banyak, dan semuanya ditansport ke periplasma tapi transportnya satu - satu gak langsung semua.

4. Setelah prekursor - prekursor peptidoglikan telah berada di dalam periplasma, selanjutnya N-asetil muramat yang satu akan berikatan dengan N-asetil muramat yang lain membentuk ikatan silang agar mempertebal dinding sel dengan cara menyambungkan D-alanil D-alanin masing-masing, tapi ikatan ujung rantai D-alanin (asam amino ke-5) harus diputuskan supaya bisa membentuk ikatan silang.  Ada suatu enzim yang membantu ikatan ini, enzim ini disebut dengan enzim transpeptidase atau PBP (penisilin binding protein). Nah.. si PBP inilah yang ketika berikatan dengan D-alanil D-alanin akan membantu memutuskan ujung rantai D-alanin (asam amino ke-5) sehingga ikatannya menjadi lebih kuat dan tidak mudah menjadi rapuh atau lisis.

ikatan inilah yang akan menentukan bakteri gram positif dan gram negatif, bakteri gram positif dinding selnya lebih tebal karena lebih banyak mengandung lapisan peptidoglikan  dibanding gram negatif.

setelah memahami biosintesis normal dari dinding sel bakteri lalu bagaimanakah mekanisme kerja dari antibiotik  beta laktam dalam menghambat biosintesis dinding sel bakteri?

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kelompok antibiotik penghambat beta laktam terdiri dari golongan Penisilin, Sefalosporin, Carbapenem, dan Monobactam. Hal yang harus diketahui bahwa semua obat golongan ini mempunyai struktur kimia yang hampir sama yaitu semuanya memiliki cincin beta laktam. Obat - obat golongan ini strukturnya analog dengan D-alanil D-alanin, karena D-alanil D-alanin juga strukturnya terdiri dari cincin beta laktam. Untuk itu Obat - obat golongan ini akan berkompetisi dengan D-alanil D-alanin untuk berikatan dengan PBP. Ketika antibiotik beta laktam berikatan dengan PBP maka otomatis akan mencegah D-alanil D-alanin  berikatan dengan PBP, sehingga hal ini akan menyebabkan dinding sel bakteri menjadi tidak kuat/tebal hingga akhirnya terjadilah lisis sel.

Lalu bagaimana dengan mekanisme kerja antibiotik penghambat enzim beta laktamase?

antibiotik penghambat beta laktamase adalah obat yang penggunaannya dikombinasikan dengan antibiotik beta laktam, karena obat ini hanya menghambat enzim beta laktamase saja. lalu siapakah enzim beta laktamase itu? enzim ini mampu mengubah bentuk struktur dari PBP. Ketika bentuk struktur PBP berubah maka antibiotik betalaktam tidak dapat berikatan dengan PBP. Sehingga ketika enzim dihambat oleh antibiotik penghambat beta laktamase, antibotik beta laktam mampu melaksanakan tugasnya (the powerof combination)

Sekian kuliah farmasi hari ini, semoga saja dimengerti. Sampai jumpa di kulah farmasi selanjutnya, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan.


picture source : https://www.google.co.id/search?q=bacteria+cartoon&safe=strict&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=jorNOLT2XvaosM%253A%252CzE_1yryhpf0h2M%252C_&usg=AFrqEzc5_fJ4sd_5Eb4Fp6VhE540A1eeuQ&sa=X&ved=2ahUKEwiSqbX-v_TcAhWDTn0KHSIyBVMQ9QEwCXoECAMQFg#imgdii=hJDa3gTp8cyqaM:&imgrc=jorNOLT2XvaosM:

video source : https://www.youtube.com/watch?v=qBdYnRhdWcQ


Jumat, 17 Agustus 2018

Cuitan Subuh

6:55 AM 0 Comments
Assalamualaikum,it's 05.15 WITA right now, after shubuh pikiran saya tiba-tiba berkelana hahaha makanya diputuskanlah untuk bercerita di blog ini agar membantu pikiran jadi lebih fokus.

Just info saja, konten kali ini tidak berfaedah so if you want to skip silahkan yo..



Sebelum bercerita saya ucapkan Selamat HUT kemerdekaan kepada negara saya tercinta Republik Indonesia yang ke 73 (17 Agustus 1945), saya selalu bangga menjadi warga Indonesia. Walau terkadang banyak yang nyiyir karna saya suka sok-sok an pake bahasa inggris. Dude,  berbahasa asing gak bakalan mengurangi rasa nasionalisme saya. Saya orang Indonesia dan seterusnya akan seperti itu, bahasa Indonesia adalah bahasa Ibu saya sedangkan bahasa lain adalah jalan saya dalam menuntut ilmu yang lebih banyak lagi.

Okay mari bercerita..

Awal 2018 kemarin saya sempat menulis tentang kisah sebagai penggemar rahasia wkwkwk. Beberapa hari yang lalu saya menghapus postingan tersebut.  Awalnya berat menghapusnya karena saya pikir mungkin itu akan jadi kenangan tersendiri dan harapannya one day doi bakal baca  , hingga akhirnya saya tiba pada pemikiran bahwa "dikatakan atau tidak dikatan itu tetap perasaan" haha versi aslinya dari bang Tere Liye adalah "dikatakan atau tidak dikatakan itu tetap cinta".

Saya sempat ngakak sendiri sih saat sadar bahwa sebagian besar isi dari blog ini khususnya pada postingan awal kebanyakan tentang perasaan. Hingga akhirnya saya ingat satu hal,  dulu saya bikin blog emang alasannya karna hal tersebut. Saya senang sekali membuat puisi cinta, perasaan,  dan sejenisnya.  Itulah mengapa postingan saya di bagian awal - awal lebih banyak tentang ini .

Hal yang paling terngakak lagi usia saya saat itu masih ABG cuy,  itulah mengapa jika menuliskan hal - hal yang terkait tentang perasaan pasti cara saya menuliskannya masih terbilang lebay hahaha..

Akhirnya saya telaah sendiri, sekarang saya sedang memikirkan hal apa yang mempengaruhi saya bisa selebay itu? 
Okay hal pertama yang saya pikirkan adalah puberty.  Teen puberty inilih yang jadi penyebab utamanya, selain itu ditambah dukungan dari luar maka idiotisme saya semakin menjadi, dukungan luar contohnya dari novel atau film or maybe sinetron hahaha. Bukan novel, film, dan sinetronnya yang salah sih tapi memang saat itu pikiran saya belum mature makanya jadi lebay. Saya menerima apa yang saya lihat, dengar,  dan rasakan dengan mentah tanpa memilah yang benar dan salahnya.

tapi saya memilih untuk tidak menghapus postingan jadul dan lebay tersebut,setidaknya ketika masa-masa sulit datang saya masih bisa tertawa dan terhibur oleh konten jadul tersebut, yah walaupun dengan cara menertawakan diri sendiri. Selain itu, alasan lainnya adalah saya pikir perasaan saya waktu itu bukan perasaan yang serius - serius amat jadi gak masalah kalau masih tersedia di blog ini.

Semoga untuk ke depannya postingan saya kebanyakan hal-hal yang bisa menjadi manfaat untuk orang lain. Rencananya saya bakalan memperbanyak postingan tentang kuliah di Farmasi,  karena ternyata postingan saya sebelumnya tentang "Alasan Memilih Jurusan Farmasi" banyak yang mengapresiasinya. Lumayan banyak sobat pecinta farmasi yang selalu nge DM saya di instagram nanya - nanya soal jurusan farmasi. Well i'm so happy if i can share my experience.

Sekian dulu cuitan subuh yang tak berfaedah ini.. Semoga yang membaca sehat selalu :)